Bagus Ary Wicaksono
Teks foto : BERSAHAJA : Muljanto (53 tahun) penjaga Candi
Bocok Di Desa Pondokagung Kecamatan Kasembon, karirnya dimulai dari gaji Rp 10
ribu per bulan.
Simpan Arca di rumah agar tidak dicuri orang |
Muljanto |
Ditawari Rp 250
Juta Untuk Lepas Arca Dewi Parwati
Muljanto (53 tahun) pernah menolak uang Rp 250 juta untuk seonggok batu berukir peninggalan jaman kerajaan. Pria yang tinggal di
perbatasan Kabupaten Malang dan Kediri, adalah penjaga Candi Bocok. Candi itu terletak di Desa Pondokagung Kecamatan Kasembon,
desa paling ujung di selatan kecamatan.
Perjuangan pak
Mul, sapaan akrabnya untuk mnejadi juru kunci candi, patut diacungi jempol.
Sebelumnya, tidak pernah ada juru kunci yang bertahan hingga bertahun-tahun,
karena gaji tidak jelas. Mul sendiri, bertekad menjadi penjaga candi setelah
mendapat wekas (pesan) dari kakeknya, alm.Karto Taslim (eks Bayan Pondokagung).
“Oleh simbah,
saya diwekas agar menjaga candi, karena tidak ada orang yang bersedia, katanya
ditelateni saja,” ungkap Mul kepada saya.
Maka pada tahun
1980, Muljanto resmi menjadi penjaga candi dengan bayaran Rp 10 ribu per bulan.
Namun berbekal pesan kakeknya, pria ramah itu dengan senang hati menjalani
tugasnya. Sampai akhirnya dia diangkat menjadi pegawai negeri pada tahun 2006.
“Sebelum menjadi
pegawai negeri, tahun 2000-an saya pernah ditawari Rp 250 juta untuk menjual
arca Dewi Parwati,” kenangnya.
Saat itu, seorang
pria datang ke rumahnya, dan menawarkan uang ratusan juta agar dirinya bersedia
melepas arca Dewi Parwati. Bahkan
dirinya juga akan diantar ke dealer sepeda motor untuk memilih sepeda motor
baru. Ketika itu sosok misterius itu mengaku sudah menyiapkan arca duplikat Dewi
Parwati.
”Benar juga pada
tahun 2001 dan 2002, patung itu dicuri, namun akhirnya mereka tertangkap polisi
dan sempat direkonstruksi di candi ini,” ungkapnya.
Para pencuri itu
terbilang nekad, mereka menggempur arca Dewi Parwati supaya kakinya putus.
Mengingat kaki arca itu lebih kecil dari pada tubuhnya, namun aneh, justru
badannya yang terpotong. Kawanan kemudian mengangkat patung tersebut, tapi
ditengah hutan mereka tak sanggung karena arcanya berat.
”Di Polisi, saat
itu mereka mengaku sudah ada orang yang menghargai Rp 1,5 miliar untuk arca
Dewi Parwati,” imbuh Muljanto.
Makanya, sejak
saat itu, kemudian arca Dewi Parwati disimpan didalam rumah seorang tokoh desa
bernama Ramelan. Sedangkan,
Muljanto sendiri menyimpan arca Siwa didalam salah satu kamar di rumahnya. Sampai
saat ini tak terhitung lagi orang yang datang untuk menawar arca itu.
“Ada yang
pura-pura mencari nomor togel, tapi lama-lama menawar arca itu, saya tidak akan
tergoda, ini adalah tugas negara,” tegasnya.
Sejak ada arca
dipindah ke dalam rumah, tak ada hal gaib yang dialami oleh Muljanto
sekeluarga. Justru, seorang penjual kerupuk keliling yang pernah melihat sosok
laki-laki berbaju seperti raja. Sosok itu berada di depan rumah Muljanto, sang
penjual kerupuk kemudian menanyakan hal itu kepada tetangga sang juru kunci.
“Setelah dijawab
bahwa didalam rumah saya ada mbah Ageng, barulah si penjual kerupuk sadar bahwa
dia melihat sosok gaib,” ujarnya sambil terkekeh.
Lain Muljanto,
lain lagi Ramelan, yang menjaga arca Dewi Parwati di kamar rumahnya. Dia sering
didatangi oleh perempuan cantik yang mengenakan kemben, kemudian sosoknya
hilang masuk ke kamar. Arca
itu dia simpan, juga atas wekas (pesan) dari ayahnya, Mbah Siin.
“Ayah saya
termasuk tim yang mencari arca hilang pada tahun 1973, ketika ada pencurian,”
ungkapnya.
Menurut Ramelan,
tidak sembarang orang boleh memotret arca itu, atas alasan keamanan. Saya
termasuk istimewa sebab berhasil masuk tanpa harus mencari surat dari desa.
Biasanya, orang dinaspun harus membawa surat perintah dari desa untuk bisa
melihat arca tersebut.(Bagus Ary Wicaksono)