MAKIN meriahnya jalan-jalan Kota Malang, dengan kemasan paket city tour, mendorong Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) kota ini bergerak cepat. BPPD pun serius menggarap paket wisata lewat konsep Malang-Gezellige Stad (Malang, kota yang nyaman) sebagai branding pariwisata Kota Bunga ini.
Pilihan tagline berbahasa Belanda itu dipakai, lantaran wisatawan manca yang kerap datang memang berasal dari Holland. Lihat saja jalan protokol kota pendidikan ini, yang tak pernah sepi dari pemandangan turis asing. Mereka terlihat nyaman menyusuri Jalan Basuki Rahmat, hanya untuk menyaksikan warisan kolonial.
Jalur city tour di Kota Malang, biasanya dimulai dari Alun-alun Tugu bergerak ke arah selatan. Wisatawan selalu menyempatkan berkunjung melihat transaksi di pasar burung dan Ikan Splendid. Kemudian mereka beranjak ke Gereja Kayu Tangan dan Toko Oen, bahkan ada yang mampir ke pasar besar sekaligus ke Museum Bentoel di Jalan Wiro Margo 32.
Setelah menikmati sejarah berdirinya pabrik rokok Bentoel itu, para turis biasanya melanjutkan perjalanan ke Klenteng En Ang Kiong sebagai pamungkas city tour dengan jalan kaki, sementara bus pariwisata menunggu di dekat klenteng.
Selain city tour jalan kaki, selama ini juga sudah disiapkan pengelola tour & travel di Malang menggunakan angkutan becak. Dengan kendaraan kayuh roda tiga ini, blok-blok di kota ini bisa dinikmati secara leluasa termasuk jika ingin memuaskan mata menjajagi dua jalur kembar boulevard Ijen.
Sejatinya, Kota Malang memiliki banyak potensi wisata yang akan digarap serius oleh BPPD. Bekalnya kunjungan wisata yang sangat melimpah, kemudian diangkat dalam kemasan Malang-Gezellige Stad sebagai ikon. Apalagi kenyamanan kota ini sangat utuh, mulai dari pendidikan, kuliner, dan wisata.
”Malang-Gezellige Stad, merupakan ruh pengembangan wisata di Kota Malang. Dan kunjungan wisata paling banyak, memang dari Belanda,” ungkap Agoes Basoeki Ketua BPPD Kota Malang.
Pria yang juga menjabat GM Hotel Graha Cakra itu menyebut, program jangka pendek adalah mem-branding kota ini. Caranya, di setiap pintu masuk kota akan dibangun sebuah tugu berisi slogan dan keunggulan Kota Malang.” Kita juga akan menggali potensi wisata yang belum terkemas,” katanya.
BPPD pun mengupayakan agar Taman Krida Budaya Jalan Sukarno-Hatta bisa menjadi milik Kota Malang, karena selama ini pengelolaanya di tangan Pemprov Jatim, sehingga aksesnya cukup sulit. Lokasi itulah yang dibidik menjadi pusat seni budaya ketimbang jadi arena resepsi kemantenan.“ Keramik Dinoyo dan pusat Keripik Sanan, juga perlu digarap maksimal,” imbuhnya.
Keramik Dinoyo bisa punya nilai jual tinggi, tak ubahnya Kasongan di Yogyakarta. Tentu saja seluruh paket itu, nantinya akan diikuti pembinaan ke segala lini. Misalnya pembinaan perparkiran, maupun penguatan masyarakat sebagai jejaring informasi wisatawan.” Ending program jangka pendek ini, adalah memunculkan paket wisata termasuk guide book secara komplit,” tegas Agoes.
Program pengembangan wisata itu, dilakukan dengan jaringan yang kuat sebab BPPD anggotanya juga dari PHRI (Agoes), Biro Wisata ( Permadi), Agung Prabowo (GM Garuda Indonesia Malang), Imam Nugroho (ASITA Malang), M Anshori (HPI), Fifi Trisjantie (APPBI), Bambang S (akademisi), Sugiarti (akademisi), dan Sugeng Irawan (PWI).
Anshori van Oen Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Kota Malang, optimis dengan keberadaan BPPD. Lantaran dari seluruh Indonesia, BPPD tingkat kota baru pertama kali dibentuk di kota ini. Sebelumnya, BPPD tingkat provinsi untuk pertama kali juga dibentuk di Jawa Timur.”Kebanyakan yang datang ke sini wisatawan dari Belanda, namun belakangan juga dari Jerman bahkan Swiss dan Perancis,” ungkapnya.
(Bagus Ary Wicaksono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar