Kamis, 08 Maret 2012

Gereja Ini Ditabrak Pesawat Tempur - Gereja Kayu Tangan

Dibangun Masa Romo Jonckbloet,
Photo by : Syarendra Adhitama
Pernah Ditabrak Pesawat Tempur 

Kota Malang memiliki heritage yang menjadi saksi eksistensi umat Katolik sejak masa pendudukan Belanda. Salah satunya adalah paroki Hati Kudus Yesus (HKY) telah eksis semenjak tahun 1897, dipimpin oleh Romo Godefriedus Daniel Augustinus Jonckbloet. Masa awalnya, paroki ini tidak memiliki gereja dan bahkan sempat menumpang di pendopo Kabupaten Malang masa Bupati Kanjeng Raden Aryo Tumenggung Notodiningrat.
Ketika itu, pendopo berubah menjadi gereja Katolik lengkap dengan orgel, kamar pengakuan dosa, mimbar dan bangku komuni. Hal ini tercatat lengkap dalam buku kenangan perayaan 100 tahun paroki HKY Kayu Tangan. Delapan tahun kemudian, tepatnya 1905, barulah gereja Kayu Tangan dibangun di utara alun-alun.
Itu adalah gereja Katolik tertua di Kota Malang dengan gaya neo gotikyang diperkenalkan arsitek Belanda terkenal pada masanya Dr. P.J.H Cuypers (1827-1921). Seni bangunan itu merupakan ciri khas bangunan abad pertengahan paruh abad 19 dengan bentuk struktur gedung yang tinggi.
Dijelaskan pula bahwa model struktur tersebut memiliki kerangka kokoh pada dinding dan atap yang berfungsi sebagai penutup. Lalu diletakkan jendela dan pintu yang besar pada dinding yang dibangun dengan konstruksi skelet. Hal ini nampak pada tembok luar gereja yang ditopang tiang penyangga dinding berbentuk persegi.
Namun rupanya, ciri khas gotik dengan lengkungan meruncing pada gereja Kayu Tangan juga dipengaruhi unsur Islami. Paling tidak terdapat pengaruh seni bangunan Islam dalam gereja Katolik termegah di Malang Raya itu.
Hal ini diakui dalam buku kenangan 100 tahun paroki HKY dengan menyitir buku Mr. Schuman.
Schuman dalam buku berjudul De Arabieren yang terbit 1960 membeber bahwa model lengkung runcing itu telah popuper pada abad 8. Ketika itu Bani Umayyah yang berkuasa di Suriah yang memakainya hal ini tersisa dari sisa reruntuhan bangunan kuno di Ramlah. Baru pada abad 12, gaya lengkung runcing masuk ke Eropa, tepatnya di Perancis.
Dari kejauhan, gereja itu menjadi penanda Kota Malang, terutama dengan dua menara yang memiliki ketinggian sekitar 33 meter. Menara itu dibangun pada masa Mgr. Clemens van der Pas, O.Carm ketika diangkap sebagai Prefek Apostolik Malang yang pertama pada tahun 1927. Setelah dana diserahkan tahun 1930, pembangunan dilakukan sesuai rancana arsitek Ir. Albert Grunberg.
Menara itu berbeda dari rancangan menara arsitek gereja itu Ir. Marius J. Hulswit pada tahun 1905. Ketika itu gereja yang dirancang Marius dibangun dengan pemborong C. Vis diabntu Van,t Pad dan Bourguignon sebagai pembantu pemborong serta Molijn sebagai pengawas pembangunan. Namun terlepas dari pembangunan awal gereja, tahukah pembaca, bahwa menara itu pernah ditabrak oleh pesawat tempur Auri.


Tercatat menara itu dua kali runtuh sejak dibangun 1930, pertama runtuh pada 10 Februari 1957 ketika ada kotbah di gereja. Sebuah salib di ujung menara runtuh dan menimbulkan lubang besar pada atap gereja. Kemudian pada 27 November 1967, menara kembali runtuh akibat ditabrak pesawat.


Pada peristiwa kedua ini, disertai ledakan yang mengagetkan akibat jatuhnya salib seberat 108 kg. Ketika itu bruder yang ada di gereja mengira ada lemparan granat, namun ternyata salib itu diserempet pesawat yang sedang mengalami kerusakan mesin. Burung besi berawak tiga orang itu kemudian masih terbang dan akhirnya jatuh di kawasan Buring, mereka tewas.
“Pesawat itu terbang rendah menabrak menara karena kerusakan mesin,” ujar Tionghoa tua pemilik toko di Kayu Tangan.
Sampai saat ini gereja itu masih kokoh menantang jaman, bahkan menjadi ikon tersendiri bagi Kota Malang. Wisatawan manca negara pun memastikan melihat gereja itu dalam rangkaian city tour mereka. Menariknya, dalam kapel gereja menyimpan berbagai inkripsi kuno, bahkan kabarnya terdapat Al Quran dari Tunisia peninggalan tahun 1920-an.(Bagus Ary Wicaksono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar